Minggu kedua, hari kedelapan, Senin, 28 Januari 2013
Awal minggu yang penuh semangat ditunjukkan oleh
para mahasiswa KKN Vokasi UNIMUS. Mereka memulai kegiatan pada hari hari senin
ini dengan berkunjung ke salah satu pengarajin tahu di rumah pak Diman,
Pesalakan atas info dari pak Sami’un, kemudian ke kepala desa untuk meminta
surat pengantar study banding ke pengrajin ‘tahu murni’, dan melanjutkan
pendampingan di kelompok satu untuk yang kedua kalinya yaitu di rumah ibu Siti
Khairiyah.
Saat di rumah pak Diman, mereka melihat proses
pembuatan tahu yang sedikit berbeda, yaitu saat pencetakkan tahunya yang
menggunakan secarik kain tanpa menggunakan alat cetakan dari kayu seperti pada
umumnya. Dan uniknya juga, saat dicetak di tengah tahunya diberi koin agar
membentuk lingkaran sebagai cirri khas dari tahu buatan sana. Tidak hanya itu,
di sana juga kualitas kedelai yang digunakan sebagai bahan dasarnya lebih
bersih sehingga hasil perasan yang berupa tahupun menjadi lebih putih dan
bersih.
Melanjutkan kunjungan ke pengarajin tahu, kali ini
mereka berupaya berkunjung ke salah satu pengrajin tahu yang cukup terkenal di
Tegal, yaitu ‘Tahu Murni’. Tapi, sebelum ke sana, mereka ke balai desa untuk
meminta surat pengantar study banding. Setelah sampai di sana, mereka malah
diberi rekomendasi untuk kunjungannya ke pengarjain tahu ‘Nata Jaya’ saja,
karena ini merupakan kakak dari ‘Tahu Murni’ dan sudah beberapa kali dijadikan
study banding oleh beberapa lembaga pendidikan.kemudian mereka memutuskan untuk
ke ‘Nata Jaya’.
Sesampainya di rumah produksi ‘Nata Jaya’, mereka
langsung di sambut oleh beberapa karyawan kios sembago. Iya, pemilik ‘Nata
Jaya’, yaitu bapak Andi …. Selain mempunyai pabrik tahu, juga memiliki kios
sembago. Ketika bertemu dengan beliau, mereka sedikit canggung dan kurang dekat
dalam penyampaian maksud mereka. Terkesan bahasa yang baku dan kurang akrab.
Namun, setelah berbincang-bincang sedikit dengan beliau, tiba-tiba suasana
berubah menjadi akrab dan santai obrolan mereka, itu gara-gara beliau melihat
logo almamater mereka ada tulisan Muhammadiyah dan ternyata beliau dulu pernah
aktif di Muhammadiyah saat di Jakarta. Mulai lah mereka melanjutkan
diperlihatkan oleh beliau segala prestasi yang pernah diraih seperti pernah
mendapat penghargaan UPAKARTI dari presiden Soeharto pada tahun 1995,
UPAPRADANA dari Gubernur Jateng tahun 1994, dari Bupati Tegal tahun 1993 dll.
Melihat begitu banyak presatasi yang telah beliau raih, mereka sangat antusias
dalam mendengarkan setiap kata yang keluar dari pembicaraan beliau sampai
akhirnya mereka diberi kesempatan untuk melihat proses pembuatan tahu di
pabriknya yang terletak tepat di belakang rumahnya.
Saat melihat proses pembuatan tahu di pabriknya,
mereka sempat terkesan karena berbeda dengan proses pembuatan tahu yang pernah
mereka lihat sebelumnya terutama pada bahan bakarnya perebusan kedelainya,
yaitu beliau menggunakan bahan bakar uap tidak menggunakan bahan bakar serbuk
kayu. Dan peralatan yang beliau pakai merupakan bantuan dari Jerman langsung
dan kata beliau juga ini meruapan system pembuatan tahu yang modern dan dapat
menghasilkan tahu dengan kualitas lebih, baik dari segi rasa, kebersihan, dan
gizi.
Tidak hanya ilmu pembuatan tahu yang kami dapat dari
beliau, tapi yang paling penting adalah karakter, sikap, dan kesederhanaan
beliau dalam menjalani hidup. Beliau dulunya merupakan ketua kordinator
pengarajin tahu se-Indonesia dan sempat menjadi anggota dewan juga di Jakarta
tepatnya di komisi C. Namun, itu semua tidak membuat beliau hidup
bermewah-mewahan selayaknya para pejabat zaman sekarang. Beliau lebih memilih
meninggalkan jabatan tersebut dan memilih berjualan tahu di Tegal. Bahkan bila
melihat penampilan beliau secara langsung, kita pasti tidak akan menyangka
kalau beliau merupakan sedikit orang yang pernah mendapat penghargaan istimewa
dari presiden Soeharto. Karena beliau waktu ditemu oleh mahasiswa KKN Vokasi
UNIMUS hanya memakai celana kolor pendek selutut dengan kaos yang udh terlihat
lama. Tapi penampilan bukan lah segalanya, tapi yang terpenting adalah
ketulusan ahti dalam menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan, itu yang
utama.
Setelah dari ‘Nata Jaya’, mereka melanjutkan ke
rumah ibu Siti Khairiyah untuk pendampingan pemanfaatan ampas tahu untuk yang
kedua kalinya. Dan kali ini mereka akan memasak cheese stik dan mie. Yang
istimewa dari praktek kali ini adalah pembuatan mie yang sukses. Karena ini
yang pertama kalinya dipraktekan dengan ibu-ibu dan langsung mendapat sambutan
positif. Ibu-ibu bahkan menyukai rasa mie tersebut setelah para mahasiswa
mengolahnya menjadi mie Jowo. Dan tak lupa cheese stik juga pada kesempatan
kali ini juga sukses dan mendapat respon positif dari para peserta pelatihan.
Dan akhirnya para mahasiswa menutup hari ini dengan penuh kebanggaan.
0 komentar:
Posting Komentar